gajah-1 yang membuat sy seperti ini, pelanduk yg bermental gajah. badan boleh kecil tp kekuatan dan cita-cita segede gajah (sekali lagi, ini semua perumpamaan. kl ada yg mau protes, "gajah kan bego?otaknya aja kecil bgt dibandingin badannya" sy ngga mau bantah. i'm not a zoologist)
gajah-2 yang mengajak sy keluar dari kamp militer dan mendorong sy utk bersenang-senang sekaligus belajar dari dunia luar. jeleknya, ya, jeleknya, dy adiktif. everyday's full of adventure with him.
mereka adalah gajah2 yang selalu bersamaku bahkan di situasi terburuk sekalipun. so, i kinda made a promise that i will do anything for them.
gajah-gajah ini awalnya jalan beriringan, bertautan belalai sementara sy berayun di atasnya. sampai pada satu episode di mana sy ingin menyandarkan badan sy ke salah satu belalai. lebih tepatnya, sy ingin bersender ke gajah-2 krn secara usia dy lebih muda. sy takut kalau sy bersandar ke gajah-1, dy akan cpt lelah krn usianya yg sdh senja.
tapi, bagi gajah-1, sy tetap pelanduk kecil yg ia besarkan susah payah hingga menjadi "seperti gajah" dan serta merta ia merebutku dari gajah-2 dan mulai mengibarkan bendera perang. gajah-2 kaget dong tapi dy segan dan memutuskan utk menyingkir dari kami beberapa saat.
ok, gajah-2 aman. tapi yg tdk ia tahu bagaimana gajah-1 tiba2 membombardirku dengan segala pikiran buruknya tentang gajah-2. pelanduk ternganga dan bingung harus mengambil sikap apa terhadap kedua gajah yg ia sayangi..
in life there's more than "yes" or "no", "black" or "white",etc.
i remember when my guru ngaji (what's it in english?) told me a story about a mother and her son who were boiled to death because they chose to be moslems than to become followers of paganism.
i asked my teacher, "what if they answered 'yes' but still moslems at their hearts? wouldn't they live longer and when her child grows older and create his own family, he could spread their faith secretly if the situation's still dangerous. i'm sure there will come a day when they can practice their faith without fear "
she couldn't answer and then talked to my parents that she quits because she's getting married :P
ngomong2, mnrt sy, situasi di mana anda hanya dihadapkan kepada 2 pilihan itu sbnrnya ngga ada. it's only in your head. if u jump outta the box, you'll see that there are so many answers and opportunities beside those 2 options.
spt seorang tutor sy ajarkan tentang penanganan emergensi pasien shock krn perdarahan :
"Kaga ade infus?Pake buah kelape. Bolongin trus colokin tu kelape, infus trus rujuk tu orang ke fasilitas yg lebih gede. Sampe sono, loe disemprot ama perawat atau dokter jaga UGD yg nerima gara2 'infus' loe bisa jd sumber infeksi? loe semprot balik, 'emang loe pikir isinye infus ame kelape kaga same?! pake otak loe, jgn nyolot doang!' trus loe pergi dah. kl tu pasien infeksi, kan ada antibiotik. daripade dy mati duluan gara2 kaga loe infus sblm loe rujuk? "(background : para peserta course yang melongo dan menahan ketawa mendengar penjelasannya dokter itu. keren )
so, people, if you're torn between two choices :
- step back
- loose yourself from them
- look into the bigger picture
Cheers!
+.+